Group Task

TUGAS BESAR

Dalam Mata Kuliah Teknik Komunikasi ini kami diberikan kesempatan untuk membuat suatu film dengan memanfaatkan alat publikasi terkait seperti baner, poster, dan blog. Kami memilih tema Wisata Budaya dengan Judul "Catatan Semarang Bukan Sembarangan". Mengambil objek wisata budaya seperti Maerokoco dan Kampung Batik bertujuan untuk mengangkat kembali budaya Semarang yang jarang terjamah oleh masyarakat, khususnya generasi pemuda penerus bangsa.

Dialognya pun kami masukan sedikit drama dan narasi untuk mengajak penonton dapat melakukan perubahan kecil yang lebih baik setelah menonton film ini. Jadilah kami rangkum tugas besar Teknik Komunikasi ini dalam sebuah blog bernama tekkom6.blogspot.com



BANNER

Dari tema banner yang kami buat, mengambil judul film kami, yaitu “Catatan Semarangan Bukan Semarangan”, kami menjelaskan tentang budaya-budaya Semarang.. Dan kami menampilkan beberapa contoh dari budaya yang ada di Semarang yang tidak kalah indahnya dari budaya-budaya luar negeri.
 
Rancang Konsep Banner ini menggunakan Konsep Moderen dengan perpaduan warna hitam, biru dan kuning, menggambarkan suasana bagaikan di luar angkasa karena terpancarnya cahaya kota Semarang yang berkilau, dengan gambar Sam Poo Kong, Masjid Agung Jawa Tengah, Tugu Muda, dan Lawang Sewu.







FILM

1.      Bentuk Skenario
              Bentuk skenario dari film ini adalah naratif, dialog dariadegan masing-masing tokoh yang diperankan dari awal sampai akhir.

2.   Penulisan Naskah
a.    Tujuan Film
Pembuatan film ini bertujuan untuk menyampaikan kepada penonton bahwa sebagai anak muda harus mengetahui dan mengenal budaya yang ada di Indonesia dan mampu menarik wisatawan lokal dan internasional.
 
b.    Target Film 
Target dari film ini adalah anak muda,wisatawan, seluruh civitas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

c.     Tema dan Ide Pokok
Tema dari film yang kami buat adalah wisata budaya Indonesia.Ide pokok dalam tugas kami ini adalah mengeksplor wisata budaya khusunya yang ada di Semarang yaitu Maerokoco dan Kampung Batik.

3.     Pembuatan Sinopsis
a.    Sinopsis umum dan tema cerita
Agung, Aska, dan Acil adalah tiga sahabat yang selalu bersama. Ketika mereka berjalan  dan menemukan sebuah poster wisata budaya kota Semarang, Agung salah satu dari mereka memasuki alam imajinasinya, dimana dia dan kedua sahabatnya berwisata budaya di kota Semarang. Tempat yang menjadi tujuannya adalah Kampung Batik dan Maerokoco. Cerita dimulai di rumah batik, mereka belajar membuat batik dan Agung salah satu dari mereka jatuh cinta kepada anak ibu pemilik rumah batik. Kemudian perjalanan berlanjut ke Maerokoco, mereka mendapat banyak pengetahuan tentang budaya. Disinilah kesempatan Agung menyatakan isi hatinya kepada Anin. Apakah yang akan terjadi selanjutnya??


b.    Sinopsis per scene
Film yang kami buat terdiri dari 8 scene.Scene pertama mengenai opening, yakni tiga anak muda yang sedang berjaan manamukan sebuah poster dan Agung memasuki alam imaginasinya .Scene 2 bercerita tentang awal mula tiga pemuda tersebut bertemu rekannya di Semarang, scene 3 bercerita tentang belajar membuat baitik di Kampung Batik Semarang dan agung jatuh cinta kepada anak pemilik Rumah batik.Scene 4 mengenai perpisahan dengan ibu pemilik rumah batik.Scene 5 merupakan awal mula mereka bertiga mengunjungi Maerokoco.Scene 6 bercerita tentang meraka bertiga mengelilingi Maerokoco dan mempelajari rumah rumah adat disana. Scene 7 merupakan klimaks, yakni agung menyatakan rasanya kepada anak pemilik rumah batik. Scene 8 yakni penutup dimana Agung kembali ke alam nyata.

c.         Penokohan / Karakter
Dalam imajinasi
Aska                          : backpacker                       (serius dan cinta budaya)
Dasril / Acil              : backpacker                       (spontan, perayu)
Agung                       : backpacker                       (tenang, pendiam tetapi bukan
pemalu)
Desi                           : sahabat Aska                   (periang, ramah)
Raetami                   : ibu batik                            (halus, baik)
Umi                           : guide maerokoco          (pintar, murah senyum)
Abdul Aziz               : guide maerokoco          (pintar, perhatian)
Anindya                   : anak ibu batik                  (halus, polos)
 
d.        Setting
Lokasi yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah Puri Maerokoco dan Kampung Batik Semarang.
 
e.        Skrip Film
Estimasi waktu      : 15 menit.
 
Scene 1
Tiga orang sahabat (Agung, Aska, dan Dasril) jalan di pinggir jalan kemudian salah satu dari mereka melihat poster wisata budaya di Semarang yang tertempel di tiang listrik, dan pemuda itu membaca dan membayangkan dia berada di tempat dalam poster tersebut.
(masuk dalam imajinasi pemuda yang melihat poster wisata budaya di Semarang)
Agung tiba-tiba berada di pinggir jalan gang batik, kemudian Dasril dan Aska muncul dan memanggil Agung untuk masuk ke dalam rumah batik.

Scene 2
Aska          : “Halo des, kita uda nyampe nih, kamu dimana? saya di depan gang
batik nih,  kesini ya? Sip.”
Desy          : “Ok”
(Tidak lama kemudian Desy datang)
Desy          : “Hoy Aska!”
Aska          : “hoy des!”
(bersalaman, kemudian mengenalkan Desy kepada Agung dan Dasril)
Aska          : “Kenalin nih temen gue Desy, dia asli Semarang.”
Dasril         : “Gue Acil”
Desy          : “Desy”
Agung       : “Gue Agung”
Desy          : “Desy. Yuk kita masuk ke rumah batik.”
Aska          : “Ayooo!”

Scene 3
Rumah Batik
Saras         : “Monggo-monggo...”
Desy          : (salam cium tangan Ibu Saras) “Ibu, Anin nya ada?”
Saras         : “Ooh, mbak Desy... Anin ada di dalem, ayo mlebu ndisik.”
Desy          : “Bu, kula kaliyan rencang-rencang bade nyuwun diajari
caranipun mbatik.”
Saras         : “Ooh, nggih, Ibu cepake sek yo cah.”
Dasril         : “Ah des ngapain sih ngebatik!”

Scene 4
(Perlatan sudah siap, kemudian mereka belajak membatik, kemudian Anin   tiba-tiba datang)
Anin          : “Ibu, niki wonten titipan saking Bu RT.”
Saras         : “Yowes, selehke ning meja nduk”
Desy          : “Nin!”
Anin          : “Heh, kamu to des! Ngapain disini?”
Saras         : “Iki lho nduk, konco-koncone Desy pengen ngerti carane
mbatik.”
Anin          : “Oalah...”
Desy          : “Ini lho temen kuliahku namanya Anin”
(Menoleh ke 3 temannya. Mereka bertiga berebut untuk berkenalan dengan Anin)
Aska          : “Kenalin, saya Aska”
Dasril         : “Gue Acil, kok lo cakep banget sih, punya dongkrak nggak?”
Anin          : “Nggak punya, kenapa mas?”
Dasril         : “Tapi nomor HP punya kan?”
Agung       : “Ah lebay lo cil! Agung”
(Ketika bersalaman dengan Anin, Agung melamun dan membayangkan waktu spesial bersama Anin, tiba-tiba Bu Saras datang menyadarkan Agung)
Saras         : “Mas-mas! Loh mas malah melamun. Gimana cah mbatiknya?”
Agung       : “hehehe... Iso bu, iso.”
Desy          : “Bu, matur nuwun nggih, bade pareng rumiyin. Yuk nin ikut ke
Maerokoco, kan kamu udah hafal tuh Maerokoco! Hehehe”
Anin          : “Halah opo to yo. Ya ayo budal. Ibu, aku melu karo Desy tindak
Maerokoco nggih.”
Saras         : “Nggih, Ati-ati nduk.”

Scene 5
Maerokoco
(Umi menyambut Desy dan kawan-kawan)
Umi           : “Selamat datang di Maerokoco”
Desy          : “Nah ini lho Maerokoco! Dijamin deh nggak kalah sama TMII di
Jakarta.”
Dasril         : “Ah masak? Ga percaya ah gua.”

Scene 6
(Jalan-jalan ke mengelilingi rumah-rumah adat, Aska sangat antusias terhadap budaya dan dia banyak bertanya kepada Umi. Ketika ada kesempatan, Agung mendekati Anin, sedangkan Acil bersikeras mendekati mengambil perhatian Anin. Acil merasa dicuekin karena Anin banyak ngobrol dengan Agung. Kemudian Aziz datang.)
Aziz            : “Umi!”
Umi           : “Darimana aja kamu? Kenalkan ini Aziz partner saya sebagai
guide disni.”
Aziz            : “Halo semua, perkenalkan saya Aziz.”
(serentak berkata “halo ziz”)
Dasril         : “Ah BT! Cabut yuk!”
 
Scene 7
(Dasril pergi keluar maerokoco sendiri, kesal karena tidak mendapat perhatian Anin yang asyik mengobrol dengan Agung. Ketika Aska sedang serius berbicara tentang budaya dengan Umi, Aziz mengobrol dengan Desy sambil memperhatikan Anin sang pacar yang sedang mengobrol dekat dengan Agung, Agung menarik Anin keluar dari rombongan teman-teman)
Agung       : “Nin, ikut gua aja yuk.”
Anin          : “Loh loh mas? Kenopo iki?”
Agung       : “Udah ikut aja”
(Agung menarik Anin ke sebuah sungai, dan dia tidak tahu jika Aziz mengikuti mereka, sedangkan Anin gelisah dan kebingungan tidak tahu apa maksud Agung yang menariknya pergi)
Agung       : “Nin, mungkin terlalu cepet aku ngomongin ini, jujur pertama
aku liat kamu, aku udah sayang banget sama kamu, aku pengen kamu selalu mengisi hariku.”

(Tiba-tiba Aziz datang dengan rasa cemburu, dan menarik Anin dari Agung)
Aziz            : “Nin, ayo balik!”
Anin          : “Iya mas”

Scene 8
(Agung berjalan sendu sendiri, tiba-tiba dari tikungan jalan Aziz mengendarai motor bersama Anin melaju kencang dan tidak sengaja menabrak Agung. Agung terkejut dan dia kembali ke dunia nyata. Aska dan Dasril menepak punggung Agung karena melihat Agung yang melamun lama memandangi poster)
Dasril         : “Kenapa lo gung?”
Agung       : “Gpp kok”
(sambil meremas dan melempas poster)
Aska          : “Yuk cabut.”

f.        Pasca produksi
Output film ini berupa CD (Compact Disc). Film ini ditujukan untuk anak muda dan wisatawan serta seluruh civitas Juruan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Film ini akan dipresentasikan untuk dosen mata kuliah teknik komunikasi dan mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota.Setelah film ini ditampilkan dan di tontonkan, diharapkan penonton dapat mengetahuiwisata budaya yang ada di Kota Semarangdan memberikan pemahaman nilai tentang Keindahan budaya Indonesia.






THREAT

Masalah yang kami hadapi dalam pembuatan tugas besar ini adalah pembagian waktu dengan tugas-tugas selain mata kuliah Teknik Komunikasi ini, dan juga antar anggota kelompok mempunyai kepentingan masing-masing, sehingga cukup ketat dalam menentukan waktu shooting.

Tantangannya adalah bagaimana melewati film ini kami dapat menyampaikan pesan kepada pemerintah untuk selalu melestarikan wisata budaya yang dimiliki oleh Semarang dan mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pelestariannya.